Cheers Coffe Shop. Letaknya sangat strategis. Berseberangan dengan sebuah tempat perbelanjaan di kota ini, Galery Mal. Bersebelahan dengan sebuah konter youth style, LEA jeans. Kedai kopi di pojok perempatan itu selalu riuh dengan pengunjung. Apalagi di musim penghujan seperti ini. Hiro masih memandangi uap hangat yang mengepul dari segelas moccachino.
Pikirannya tidak bisa lepas dari orang-orang baru yang sedang dekat dengannya. Meli, Olan, Ayud, Iwen, Qpan. Pandangannya memang tertuju pada kepulan uap. Tapi pikirannya melayang pada teman-teman barunya itu
Pikirannya tidak bisa lepas dari orang-orang baru yang sedang dekat dengannya. Meli, Olan, Ayud, Iwen, Qpan. Pandangannya memang tertuju pada kepulan uap. Tapi pikirannya melayang pada teman-teman barunya itu
***
" Boleh saya duduk sini?"
" Sebenarnya aku lagi nunggu seseorang, tapi it's ok."
Meli, seorang perempuan muda dengan kulit dan wajah eksotik, wajah perempuan jawa. Hiro tak bisa berdiam diri ketika melihat seorang perempuan seperti itu duduk merenung sendirian. Daripada ditemeni setan lebih baik kutemani saja, begitu pikir Hiro. Begitulah perjumpaannya dengan Meli, sangat sederhana. Berkenalan, duduk dan mengobrol.
***
" Temanmu itu cakep juga ya?", ujar Meli sambil meletakkan coffee-latteenya.
" Olan? Pastilah!! Kenapa? Kamu menyukainya?", balas Hiro.
" Ya, sepertinya aku menyukainya."
" Mungkin dia juga menyukaimu. Coba aja tebar pesona .... hahahaha."
***
" Mbak, moccachino satu lagi ya!"
Hiro sangat menikmati minum kopi di kedai ini. Tapi tanpa disadarinya, dia lebih asyik mengamati uap yang terbang ke awang-awang seiring kopi panas itu hadir di hadapannya. Meli suka Olan, Olan membalas rasa suka itu. Sementara Meli masih terlibat hubungan aneh dengan Ayud. Qpan menyukai Meli tapi Qpan sudah berikrar dengan Iwen. Belakangan ini Iwen dan Olan menduga-duga bahwa antara Meli dan Qpan ada hubungan khusus. Hiro masih termangu memandangi uap kopi yang kian lama kian memudar. Hiro melihat teman-temannya menari-nari. Tarian yang diiringi asap kopi. Tarian romantik penuh praduga, sampai sebuah suara menyadarkanya:
" Mas, kedainya udah mau tutup!"
" Hah? tutup? aduuuhhh!! ilang dehhh tarian romantisnya."
Hiro menggumam lalu ngeloyor pergi meninggalkan waitress yang cuma bisa melongo.
buat nova
Pak Gun, aku wis buka blogmu, apik tenin...
ReplyDeletekewek,
milirwae.blogspot.com
tengkiyu pak kewex
ReplyDelete