3.8.15

Mental Tempe


Kemarin Hiro ngobrol dengan Sedesrem Poi tentang tempe. Ini terjadi ketika mereka berdua sedang asyik memasak untuk makan siang. Hiro selalu bilang bahwa tempe adalah menu andalannya saat bersantap. Sampai pada suatu saat dia berkata:

"Kok ada istilah 'mental tempe' itu kenapa ya, Poi?"

Sedesrem Poi hanya diam dan sepertinya mikir tentang sebab musabab istilah tersebut. Lalu kemudian menimpali pertanyaan Hiro:

"Mungkin karena tempe cara bikinnya diinjak-injak. Kira-kira gitu lah."

"Siapa ya yang bikin istilah-istilah kayak gitu? Selo banget. Apa mereka nggak tahu, kalau tempe ngga diinjak-injak nggak ada lauk seenak ini. Coba bayangkan tempe bisa menjelma menjadi steak tempe, sebuah makanan yang terdengar ekslusif. Mungkin saja kalau tempe dicetak di pabrik dengan tenaga mesin dia ngga dipakai lagi untuk istilah mental-mentalan. Ya nggak?"

"Iya juga sih"

Ya gitulah. Memang kelebihan manusia suka melebih-lebihkan. Tempe tidak bisa jadi sekedar tempe untuk dimakan sebagai lauk - atau bahkan digado, tapi juga bisa menjelma menjadi sebuah mentalitas. Hanya karena gara-gara bikinnya diinjak-injak.

Coba kalau yang diinjak-injak itu tokoh fiktifnya Seno Gumira; Sukab. Mungkin sekarang orang yang mau diinjak-injak dapat predikat 'mental Sukab'.

Yeah lagi-lagi manusia. Suka melebih-lebihkan.

1 comment: