10.12.10

Katanya kehilangan

Tidak setiap malam. Memang. Tapi buatku cukup mengganggu juga. Sudah kukatakan tidak setiap malam. Tapi hampir setiap malam. Sapaan-sapaan datang dengan makna resiprokal.


"Mamase!"

Harus bagaimana aku bersikap? Sang waktu tak pernah perduli. Waktu tidak pernah mau tahu. Apakah akan ku abaikan atau kujawab. Haruskah kutinggalkan coding jahanam ini? Atau haruskah kuletakkan gitar akustik-ku? Haruskah aku rela dia mencurinya darimu yang sedang aku rindukan? Tidak pernah mau tahu. Itulah sang waktu. Kalau kamu? Iya, kamu yang setiap kali kurindukan.

"Ya"

Dan selalu itu saja yang bisa terlontar. Teroris ini, sebut saja begitu, malam ini begitu terpuruk. Sama seperti mu ketika berat bercerita tentang rahasiamu.

"Mamase, Aku kehilangan kepercayaan diri."

Mampus!! 
Mau tak mau, harus mau. Seperti pantun. Empat kali empat sama dengan enambelas, sempat tidak sempat harus dibalas.

"Sudah lapor ke pihak berwajib?" jawabku sekenanya.

"Mbok sekali-kali serius, mas. Aku butuh dihibur nih!"

Nah lo! kurang dilematis gimana nih anak. Dijawab engga serius, minta serius, tapi minta dihibur. Apakah memang serumit ini spesies bernama wanita? Entah.

"Nah itu, udah dihibur. Kalau jawabanku serius kamu tambah terpuruk." 

"Tapi sepertinya terlihat seperti ejekan bukan hiburan."

"OK!! kamu tadi bilang kalau sedang kehilangan kepercayaan diri. Tapi anehnya lagi, kamu pernah bilang bahwa kamu orangnya ga percaya diri. Jadi sekarang aku yang bingung, gimana kehilangan kalau punya saja tidak?

"Entahlah, mas. Aku jadi tambah sedih. Kamu ngejek terus."

"Mungkin kamu berbicara dengan orang yang salah." Jawabku.

Lalu jeda membelah percakapan. Membiarkanku bermain lagi dengan rasa rindu. Tapi tidak lama. Hanya dalam waktu sepersekian menit. Dia mencurinya lagi darimu.

"Pernah merasa sendiri? Berpikir dan melakukan apa saja sendiri? Tidak punya teman? Pingin cerita tapi tak ada teman. Bahkan sekalipun punya, tidak bisa bercerita? Jadi rasanya hidup ini selalu sendirian. Apa yang kamu lakukan ketika mengalami saat-saat seperti itu?

Wow!! curcol tingkat tinggi. Aku memejamkan mata. membayangkan wajahmu. Wajah yang kurindu. Rambut ikal, tatapan mengerjap-kerjap, hidung yang unik, senyum yang meninggalkan lesung pipit, bahkan isak tangis yang tertahan.

"Alih-alih kecewa aku lebih memilih untuk bersyukur. Bahkan dalam bentuk yang paling kecil. Tentang udara yang setiap hari kita hirup. Tentang jantung yang tak pernah berhenti." 

"Berarti sejumput pun belum pernah merasakan. Atau bahkan tidak pernah merasakan?"

Hmmm.
Memang benar-benar spesies yang unik. Kamu?

"Aku memilih untuk tidak merasakan. Dan itu bukan berarti tidak pernah merasakan. Jadi kalau kamu mau saran, saranku syukurilah sesuatu yang sudah dan sedang terjadi. Kalau kamu cuma mau berdebat aku mau tidur saja."

"Baiklah, mamase. Terimakasih."

Kemudian pagi menjelang. Dini hari. Teroris pergi. Tapi kamu tidak. Masih menari-nari di benakku. Lalu Iwan Fals menjerit-jerit di MP3 player:

"Aku milikmu malam ini
kan memelukmu sampai pagi
tapi nanti bila kupergi
tunggu aku disini."

Kamu bilang menye-menye? Aku bilang what so ever.

No comments:

Post a Comment