23.3.07

Titik-titik

Membaca tulisan Rochyati Sofjan, seorang wanita penderita tuna rungu, tentang makna tahun ke-17 membuatku kagum pada karyanya (Milling List Kunci Cultural Studies). Tulisan itu bukan tentang sesuatu yang sulit dibaca dan dipahami. Sangat ringan dan mengalir begitu saja. Tapi butuh waktu untuk setidaknya 29 tahun untuk bisa memilih kata-kata yang mudah dipahami.

Dalam tulisan itu, Rochyati yang tuna rungu, memaparkan hal istimewa tentang apa yang terjadi saat ia dan kebanyakan remaja lainnya di usia tujuh belas tahun. Berbeda dengan remaja lainnya, Rochyati tumbuh dengan membawa berkah dari yang di "Atas". Dia lahir dengan keadaan tuna rungu plus keadaan finansial orang tuanya yang tidak begitu bagus. Keadaan finansial saja sudah cukup merepotkan untuk tumbuh menjadi anak-anak secara 'normal'. Ditambah keadaan Rochyati yang tuna-rungu.

Sebagian anak-anak dimasa-nya, mengenyam pendidikan secara wajar. Sementara dia setelah lulus SD harus berhenti selama 3 tahun untuk kemudian baru meneruskan masuk ke SMP di usia 15 tahun. Dan karena alasan finansial bahwa SLB membutuhkan biaya yang lebih banyak dari sekolah biasa, maka Rochyati harus beradaptasi di sekolah orang-orang normal. Sekolah multistratasosial.

Kebanyakan remaja memaknai tahun ke-17 nya dengan: haru-biru cinta remaja, merayakan merahnya masa muda bersama teman-temannya di tempat hiburan, atau bahkan(sebagian kecil) tidak mempunyai kenangan sama sekali. Rochyati mempunyai kenangan tapi kenangan itu cukup unik. Kenangan itu adalah kenangan tentang menstruasinya yang pertama. Dimana dia tak siap menghadapi keadaan yang sebenarnya memang sudah lama ditunggu. Namun keadaan itu datang tidak tepat, karena sang bulan datang pada saat pelajaran di kelas. Bagaimanapun dia berusaha menyembunyikan bekas darah yang nemplek di roknya, teman-temannya bisa melihatnya. Dan tentu saja ejekan demi ejekan terus mengejarnya. Itulah kenangannya di tahun ke-17 dalam hidupnya dan tentu saja sangat berkesan baginya.

Kini Rochyati sudah berusia 29 tahun dan masih melajang. Kegiatan terakhirnya adalah aktif dalam kegiatan milist Mnemonic. Dan (mungkin) masih mencari cinta. Cinta sejati. Yang dalam bahasanya cinta yang tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.

Membaca Rochyati adalah membaca titik-titik. Mencoba mengingatkan kita pada titik 17 tahun hidup kita. Tapi juga mengajak kita untuk melihat di titik mana kini kita berada. Untuk kemudian dengan jujur dan berani mengambil tindakan. Terlepas dari benar dan salah, baik dan buruk, Akankah kita tetap tenggelam di satu titik saja dan mengulangnya dengan pola yang sama? Atau kita akan bergerak secara random, meminjam istilah dalam pelajaran biologi dulu, hidup dengan pola Gerak Brown?

Monggo!!

No comments:

Post a Comment