22.5.07

Jogja Rendesvous

Khaylila tumbuh menjadi gadis yang kokoh dan kuat. Tubuhnya yang tinggi besar, tidak menjadikannya bergerak lamban. Dia selalu bisa melangkah dengan ringan dan ceria. Seakan lingkaran bahagia selalu melingkarinya. Orang bilang aura(?). Aura bahagia.

Khaylila sedang membakar ikan bersama-sama temannya ketika sesosok tubuh tiba-tiba hadir di depannya.

"Kapan datang mas?"
"Kemarin pagi" jawab Hiro.

Mata Khaylila memandang Hiro dengan sendu dan sekaligus gembira. Sudah lama dia tidak bertemu Hiro. Di matanya Hiro adalah sosok seorang kakak yang bisa membuatnya teduh dan nyaman. Namun, akhir-akhir ini hatinya sering memberontak. Kakak? Sepertinya lebih baik kalau keadaan bisa mempertemukan dirinya dan Hiro lebih dari sekedar kakak-beradik. Toh tak ada ikatan darah. Tak ada larangan insest.

Memang asmara kadang-kadang datang tanpa mengetuk pintu. Menerobos masuk begitu saja. Apakah asmara adalah seorang maling? Khaylila sudah tak peduli lagi. Khaylila sudah mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan apa yang selama ini dirasakannya.

Senja dipenuhi berkas-berkas sinar matahari yang memantul di sela-sela jendela kamar. Meninggalkan jejak-jejak keemasan disana-sini. Sebuah setting yang tepat untuk berbicara mewakili sebuah hati.

"Kamu tahu ngga sih, kalau aku menyayangimu?" ucap Khaylila
"Tentu saja. Kamu juga tahulah, kalau aku juga menyayangimu", jawab Hiro.
"Aku ingin lebih!"
 
"Lebih?"
"Iya lebih. Sayangmu padaku kan cuma sebatas seorang kakak terhadap seorang adik."
"Ummm...."
"Sudahlah. Aku tahu kamu akan menghindar."

Senja masih saja meninggalkan jejak-jejak keemasan sementara dua orang itu masih duduk berhadapan. Tanpa kata-kata. Pandangan mata mereka masih berusaha untuk berujar. Berusaha melukiskan perasaan dan logika. Bahkan senja meninggalkan berkas sinar itu di wajah-wajah itu.

"Ada emas di wajahmu", ujar Khaylila.
"Kamu juga ada", Hiro menjawab sambil menempelkan telunjuknya di dahi Khaylila.
"Sini, kubersihkan ubanmu."
"Dengan senang hati, puan."

Khaylila mulai mencabuti uban di rambut Hiro.
Senja sudah tua dan berubah menjadi malam. Meninggalkan Khaylila dan sebuah pertanyaan untuk cinta. Suatu saat nanti, Khaylila yakin, bahwa ada sebuah senja yang bisa membuatnya bahagia. Senja yang memberikan jawaban atas segala pertanyaan cinta. Dan mudah-mudahan saja Hiro yang menjawabnya.

Mungkin.

No comments:

Post a Comment