9.6.10

Draft Januari

Saat pertama kali bertemu denganku, mungkin, engkau masih merasa bahwa waktu berjalan terlalu cepat. sehingga kerinduan-kerinduan kecil akan menusuk-nusuk jantungmu. menimbulkan kepedihan.

Aku, entah dengan sengaja atau tidak, akan menanam bibit bibit rindu itu di jantungmu. Dan tentu saja, entah sadar atau tidak, kamu akhirnya akan merasakan kepedihan oleh sebab kerinduan itu.

"Aku bisa main sulap mau lihat pertunjukan sulapku?", celotehku.

Tentu saja kamu tersenyum ragu. Dan mungkin dalam hati kecilmu ada suara-suara berujar; hati-hati itu gombalnya laki-laki.

"Baiklah, coba kamu mainkan sulapmu!", begitu katamu datar.

Bak seorang jago sulap, aku memasang tampang serius. mulai memperlihatkan bahwa: tidak ada apa2 yg kusembunyikan di kedua tanganku. Kuraih tangannya sambil terus menatap matanya dengan tatapan serius. 

"Sebelumnya kamu harus yakin bahwa kamu akan baik2 saja karena setelah aku mengucapkan mantra, jempolmu hilang."

Tentu saja dia hanya tersenyum sinis.

Hokus Pokus HABRAHKADABRAH!!

Tangan kiriku memegang ibu jarinya sementara tangan kananku sebelum mendarat ke jempolnya mampir dulu ke hidungku untuk mengambil "property" kemudian baru mampir ke jempolnya.

Dan sulap kacangan pun sukses dengan tabokan melayang kebahuku... mwahahahaha!!

Sulap kacangan itu adalah satu dari sekian duri yang kutanam dihatimu. Dan entah berapa sulap, berapa lagu, berapa apa dari duri demi duri mulai tertanam.

Sakitnya mulai terasa ketika aku harus meninggalkanmu untuk sebuah alasan yang mungkin tidak jelas, tidak entah dan tidak dimana.

Mudah-mudahan setelah beberapa dekade ini. Semuanya sudah tak terlalu menyakitkan.

Semoga kamu dikaruniai kesehatan. Namaskar!


No comments:

Post a Comment