25.12.11

Siapa Perusuhnya?


Rasanya sepi mulai mengekor. Kemanapun aku pergi dia selalu ikut. Mungkin karena Sedesrem Poi sedang pergi berlibur. Jadi beginilah rasanya. Sambil mengetuk-etuk stang motor menanti lampu hijau di traffic-light dengan durasi 120 detik, aku berpikir. Sepertinya lama tak berkunjung ke tempat Nasrudin. 

Hijau. 

Kupacu motorku ke rumah Nasrudin.

Pas. Seperti biasa orangnya sedang duduk di teras rumah. Menatapku tanpa ekspresi. Aku tertawa dalam hati dan memaki. Orang ini tak pernah berubah. Dingin. Tapi cerdas tentu saja. Dengan langkah santai kuhampiri dirinya. Duduk disampingnya.

"Erhm. Lagi mikirin apa nih sekarang? Sepertinya serius sekali?"

Dia menoleh. Sedikit tersenyum dan balik bertanya.

"Sehat? Sepertinya lagi kesepian ya? Kamu kan mampir kalau lagi kesepian. Ngga usah minum ya? apalagi gorengan. Keadaan lagi susah. Perekonomian lagi jelek. "

"Bukannya dari dulu din?" , timpalku.

"Sekarang lebih parah!", ujarnya.

"Kamu tahu Hiro? kemarin aku lewat istana negara. Tampaknya ada kesibukan luar biasa di istana. Karena ingin tahu, aku mencoba mendekati pintu istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak ramah."

Berceritalah Nasrudin tentang pengalamannya.
"Menjauhlah engkau, hai rakyat!" teriak pengawal. 

"Mengapa ?" tanya Nasrudin.

"Presiden sedang menerima tamu-tamu agung dari seluruh negeri. Saat ini sedang berlangsung pembicaraan penting. Pergilah !"

"Tapi mengapa rakyat harus menjauh ?"

"Pembicaraan ini menyangkut nasib rakyat. Kami hanya menjaga agar tidak ada perusuh yang masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah !"

"Iya, aku pergi. Tapi pikirkan: bagaimana kalau perusuhnya yang ada di dalam sana ?" kata Nasrudin.

Begitulah Hiro, kasihan sekali pengawal itu. Sudah ngga tahu mana rakyat, mana presiden, mana perusuh.

Hahahahaha.
Bener juga. Mungkin saja perusuhnya yang di dalam sana.

No comments:

Post a Comment