Begini penggalan syairnya:
You cannot see this is my destiny
I'm my own enemy.
Lantas apa asiknya potongan syair itu? Ngga ada asiknya sama sekali. Lagu itu kira-kira bercerita tentang perasaan patah hati atau semacamnya. Hanya saja penggalan syair itu, buatku pribadi, menjadi semacam kalimat yang menjelma menjadi aforisma. Dalam sekali makna yang tersirat. Kedalamannya melebihi galian-galian kabel optik di pinggir jalan. Melebihi sumur-sumur di perkampungan. Bahkan melebihi galian SLJJ di selat Sunda.
Setiap manusia yang terlahir adalah seorang Khalifah. Seorang pemimpin. Setidaknya bagi dirinya sendiri. Mungkin setiap pribadi mempunyai pengalaman yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tapi bagiku, kepemimpinan pada diri ini bisa dikatakan, seharusnya, dimulai setelah lulus dari bangku SMA. Dimana kita, walaupun tidak semua orang bisa kuliah, adalah seorang mahasiswa. Bagiku seseorang yang sudah lulus sma adalah seorang mahasiswa terlepas dia kuliah atau tidak. Seorang mahasiswa adalah seorang yang sudah (dianggap) mampu untuk menentukan langkahnya sendiri.
Lantas apa yang sebenarnya memimpin kita? Hati atau akal? Atau mereka silih berganti melakukan tindakan politis sehingga kadang yang satu lebih berkuasa dari yang lain?
Kembali lagi ke penggalan syair lagu My Own Enemy.
Entah sudah berapa lama, apa saja yang sudah aku rencanakan, tidak di ikuti dengan tindakan nyata. Beberapa waktu lalu, setelah jobless, aku merencanakan untuk belajar tentang bahasa pemrograman. Tidak main-main, aku merencanakan untuk belajar tiga bahasa pemrograman sekaligus. Setiap harinya, dalam time table-ku, tiga bahasa tersebut akan kupelajari secara bergantian. Tapi apa lacur, ternyata rencana tinggal rencana. Ketika sudah berhadapan dengan komputer ada yang berbisik, udah nonton film aja, itu nanti saja. Giliran film sudah selesai ditonton, eh si bass minta di cabik-cabik. Al hasil belajar tinggal kenangan. Diri ini dengan mudah menghianati semua rencana yang telah tersusun. Benar-benar musuh yang mengerikan.
Ini adalah perang. Perang yang harus dilakukan setiap hari. Tentu saja ketika kita masih hidup. Karena sebenarnyalah diri ini adalah musuh abadi yang harus selalu dilawan.
Aku berdoa semoga semua luka bisa sembuh dan esoknya aku bisa bertempur lagi dengan diriku sendiri.
Amin ya? Amiiiiiiin ....
This is my destiny. I'm my own enemy.
Ok! Aku mau perang dulu. Ciao!
No comments:
Post a Comment